
Apa yang terjadi, biarlah terjadi. Kalimat itu mungkin kerap muncul ketika sedang merasa hidup tidak berpihak pada kita. Kalimat yang klise, tapi mengandung kekuatan luar biasa. Seolah-olah, semua berjalan dengan baik dan memang seperti itulah garis takdir yang dituliskan untuk kita. Seolah-olah penderitaan yang kita alami, memang sudah semestinya terjadi.
Padahal kita sudah cukup bekerja keras, berdoa sepenuh hati, berjuang sampai mengorbankan banyak hal, tapi semua itu tidak memberikan hasil. Sampai-sampai sering sekali kita merasa iri dengan hidup orang lain yang terlihat lebih mudah dan enak. Bahkan kadang kita menembus pemahaman ilahi dengan bertanya “Apa ini semua tidak cukup Tuhan?”
Tapi kita perlu selalu ingat jika pikiran adalah senjata. Apa yang dihasilkan darinya akan menentukan langkah kita selanjutnya. Jika fokus pada sesuatu yang menyakitkan, maka kita akan menjadi orang sakit. Jika fokus pada sesuatu yang menyehatkan, maka kita akan menjadi orang sehat. Kadang kita lupa bertanya, memangnya hidup harus selalu adil? Memangnya adil itu yang seperti apa?
Apakah ketika orang tua memberi uang jajan 10.000 rupiah sama rata kepada anaknya yang berusia 2 tahun, 8 tahun, dan 16 tahun itu disebut adil? Bukankah keadilan tidak hanya tentang memberikan porsi yang sama kepada semua orang? Bukankah keadilan tidak hanya tentang siapa diberikan apa? Tapi mungkin keadilan adalah tentang seberapa siap kita bisa menerima.
Jika sampai saat ini hidup kita masih terasa begitu-begitu saja, bisa jadi kita memang belum siap untuk menerima pemberian itu. Mungkin masih ada hal-hal yang perlu kita perbaiki atau hal-hal yang perlu direnungi secara mendalam. Apakah yang kita perjuangkan itu, sudah benar-benar diperhitungkan? Atau apakah perjuangan kita memang sudah besar atau kita hanya merasa sudah berjuang padahal tidak?
Kalimat apa yang terjadi, biarlah terjadi adalah obat agar kita selalu bersyukur atas apa yang terjadi. Karena menyalakan cahaya itu lebih baik daripada mengutuk kegelapan. Semua yang terjadi biarlah menjadi kuasa-Nya. Sebagai manusia, kita hanya punya satu hal: kita selalu punya pilihan untuk terus berjalan. Kalimat itu mungkin klise, tapi kalimat yang sering kita dengar terkadang adalah yang kita butuhkan.
Jangan pernah ragu atas kehidupan, karena ketetapan-Nya sungguh nyata. Siapa yang berjuang di jalan-Nya, maka dia akan mendapatkan apa yang dia perjuangkan. Bisa jadi sesuai dengan yang kita inginkan, atau dengan hal lain yang tak pernah kita bayangkan. Hidup bukan siapa yang tercepat, tapi siapa yang mampu bertahan di tengah kerasnya badai. Karena ketika bertahan, sejatinya kemenangan sudah menjadi milik kita.
Suatu hari nanti, akan ada saat dimana kita akan menoleh ke belakang dan berkata, “Untung saja, saya tidak menyerah waktu itu”.
Leave a Reply