
Setiap hari, entah direncanakan atau tidak, kita pasti bertemu orang lain. Pertemuan dengan beragam motif itu, pasti memiliki peluang untuk membuka gerbang kebaikan. Senyuman adalah bentuk sederhana dari kebaikan. Tak perlu kerja keras, tak membutuhkan keringat, hanya cukup keikhlasan yang afektif.
Senyuman menjadi level kebaikan normatif namun sangat definitif. Banyak orang lalai mengerjakan kebaikan yang mudah ini. Kebaikan yang mampu memberi rasa aman, nyaman, percaya, juga menjaga kehangatan dan harmonisme dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam agama saya, senyuman diartikan sebagai sedekah, dan nilai dari mengerjakan sedekah adalah ibadah, sedangkan nilai dari ibadah adalah pahala.
Dari saat saya kecil, ayah selalu mengajarkan untuk sering bergaul dan membuat lingkaran pertemanan. Harapannya, banyak senyuman yang saya tebar sehingga tumbuh menjadi pohon kebaikan. Yang pada saatnya, pohon itu akan memberikan buah kepada diri saya dan orang lain.
Tentu saja, setiap orang memiliki cara masing-masing untuk memilih jalan kebaikannya. Dari jalan yang dipilih itu, tidak ada manusia yang bisa mengukur kebaikan mana yang lebih baik. Karena semua kebaikan muaranya adalah rasa syukur kepada Allah SWT.
Seseorang yang mengeluarkan zakat, infaq, maupun sedekah sebesar 1 miliar, tidak serta merta lebih baik daripada orang yang hanya mampu berbagi kebaikan lewat senyuman. Yang sering mengumpulkan dana untuk korban bencana, tidak serta merta lebih baik daripada orang yang hanya bisa berbagi kebaikan lewat tulisan-tulisan tafakur.
Karena sejatinya, demikianlah kebaikan bekerja. Tak bisa dihitung besarannya dengan kalkulator manusia. Dan kebaikan itu sangat dekat dengan kita. Bahkan kebaikan itu sudah ada di genggaman kita dan hanya perlu menekan tombol untuk mengaktivasinya. Berbuat kebaikan tak mengenal waktu, ia bisa dilakukan kapanpun, dimanapun, dalam situasi apapun, dan bersama siapapun.
Ketika berbuat kebaikan, saya yakin tidak akan membuat diri kita merugi. Justru kebaikan itu akan menghantarkan kita ke pintu kebaikan lainnya. Bagi saya, menolong seseorang yang kesusahan secara materi, ketidakberdayaan akan sesuatu, kesusahan hati dan pikiran, hukumnya adalah wajib.
Saya tidak akan menganggap sepele sebuah permintaan tolong dari seseorang. Sekalipun harus mengorbankan tenaga dan waktu, itu bukan masalah. Ketika teman minta dijemput malam hari padahal saya lagi enak-enak rebahan, saya tidak akan menolak permintaannya. Begitu juga saat teman minta tolong dibelikan sesuatu yang searah kita jalan, saya juga tidak akan menolaknya. Bahkan memberi tumpangan menginap di kos juga tidak masalah bagi saya.
Saya tidak peduli, dan tidak pernah mengkalkulasi. Karena biarkan saya kebaikan itu menjadi pendamping bagi hidup kita. Kita tidak pernah balasan yang akan didapat. Bisa jadi kesehatan yang kita jalani ini bagian dari balasan dari kebaikan yang pernah kita lakukan.
Jangan pernah ragukan isi dari Al-Qur’an Surat Al-Isra’ Ayat 7 yang artinya “Jika engkau berbuat kebaikan, maka kebaikan itu untuk dirimu sendiri, jika engkau berbuat keburukan maka itu kembali juga kepada dirimu”.
Kita selalu bisa menciptakan kebaikan setiap harinya. Maka lakukan saja. Biarkan kebaikan itu menyebar seperti virus yang menjangkiti banyak orang. Biarkanlah kebaikan itu menjadi pendamping hidupmu agar selalu bertemu dengan kebaikan-kebaikan lainnya.
Leave a Reply